Advertise Box

Monolog Kucing di Dunia Ikan

 
MONOLOG KUCING DI "DUNIA IKAN"
11 Juni 2011, Rumah Dunia, Pukul 13:00 - 17:00 WIB

Dalam rangka menggalang dana untuk pembebasan tanah Rumah Dunia, sambil merayakan "Hari Laut se-Dunia" yang jatuh pada 8 Juni, kami akan menggelar acara "DUNIA IKAN". Menunya gurih: peluncuran dan bedah buku puisi "Dunia Ikan" karya Gol A Gong, workshop puisi bersama Toto St Radik, pameran lukisan batik ikan karya Q'bro Pandam dan pameran lukisan foto-foto nelayan, ikan dan laut karya Muhammad Arif Kirdiat. Infaq Rp. 25 ribu dapat sertifikat, buku puisi "Dunia Ikan", dan makan siang nasi bungkus plus ikan goreng. Waktu 11 Juni 2011, pukul 13.00 WIB di Rumah Dunia. Menu tambahan pembacana puisi oleh penyair dfan nelayan Banten serta monolog kucing oleh para kucing.

"Monolog kucing ini unik. Nanti di areal Rumah Dunia akan ada banyak ikan mentah digantungkan, untuk memancing kucing datang berdiskusi. Nah, saat peserta mendapat nasi bungkus plus ikan goreng, saya harap kepala ikannya jangan dimakan. Tapi, nanti para peserta melemparkan kepala ikan goreng itu ke sebuah lingkaran. Semoga para kucing berebut kepala ikan itu dan kita nanti akan mendengarkan monolog mereka. Bukankah kita kadang seperti kucing? Sudah diberi jatah, tapi masih berebut?" kata Gol A Gong, tampak sudah tidak sabar.

Keunikan lain adalah kesediaan para relawan Rumah Dunia membacakan puisi-puisi "Dunia Ikan". Harir Baldan, relawan RD mantan pedagang gorengan yang kini jadi wartawan Banten Raya Post, siap membacakan puisi berjudul "Kolam Ikan". Harir alias Udin sudah berlatih keras sejak hari Minggu lalu. "Saya harus menghayati puisi ini. kata Mas Gong, puisi ini menceritakan rakyat Indfonesia yang ingin memuiliki rumah, tapi, hanya mampu membeli tipe 21, yang seperti kandang kambing. Sempit. Padahal negeri ini luasnya minta ampun!" Harir membeberkan.

Abdul Salam HS, relawan RD yang baru lulus SMA dan sedang bingung mencari uang untuk meneruskan kuliah siap membacakan puisi, "Saya akan makan ikan mentah!" Salam juga siap ikut road show ke Bandung, Tasikmalaya, Cirebon dan Lampung. "Inilah moment yang saya tunggu-tunggu, membaca puisi seperti Sutardji Calzoum Bachri yang memakan daging saat membaca puisi. Tapi, saya tidak akan minum bir, nnati mbaok. Naik bus aja say masih suka mabok!"

Buku puisi "Dunia Ikan" adalah respon Gol A Gong terhadap kondisi di Banten dan negeri ini. Ada persoalan sosial politik, mitos, cerita rakyat, pilkadal, dan kesenjangan sosial. "Puisi-puisinya, sih, biasa-biasa saja. tapi, yang luar biasa adalah spirit literrasinya! Puisi haruis dikrenalkan secara luas kepada warga kebanyakan," Gong menjelaskan. "TErutama ke wong cilik," tambah Gong. Itu dibuktikan dengan para nelayan dari komunitas Tapak Bumi pimpinan @dAs albantani, yang akan membacakan sajak-sajak "Dunia Ikan".

Ayo, gabung, ya!
(Jang RuDun)

+ Add Your Comment

Sponsored by