Advertise Box

[ac-i] Bantu nelayan dengan dunia ikan

 

DUNIA IKAN DAN NELAYAN  ALA GOL A GONG

Meminjam kalimat sakti Julius Cesar, "Roma dibangun tidak dalam semalam", maka Rumah Dunia, pusat belajar yang dibangun Gol A Gong, Tias Tatanka, Toto ST Radik, Firman Venayaksa, Ibnu Adam Aviciena, Muhzen Den, Langlang Randhawa dan para relawan lainnya, juga tidak dalam satu malam. Digulirkan jauh sebelum Gol A Gong berkeluarga di era 90-an, bersama Toto, (alm) Rys Revolta, Andi Trisnahadi, Maulana Wahid Fauzi, Taufiq Rohman, dan Mhaex Rangkuti, cikal bakal Rumah Dunia dimulai di jalanan. Kini Rumah Dunia merayap dan merangkak, menjadi seperti sekarang ini. Ya, tidak dalam satu malam.

Sejak 2008, Rumah Dunia menggulirkan penggalangan dana untuk membebasakan 3 lokasi tanah dengan kepemilikan yang berbeda. Tahap pertama, berkat honor-honor para relawan Rumah Dunia menjadi co-writer Gol A Gong dalam penulisan scenario, novel, dan menjadi pembicara, juga support milis wongbanten serta milis-milis tetangga, areal seluas 970 m2 dan areal 225 m2 berhasil dibebaskan.

Kini sejak 2010, tahap kedua membebaskan tanah seluas 1870-an meter persegi digulirkan lagi. Harga permeternya Rp. 200.000,-. Pembayaran pertama berupa uang muka sebesar Rp. 75 jutaan sudah dibayarkan pada Februari 2011. Pembayaran kedua 1 Agustus 2011 sebesar Rp. 150 juta. Jika tidak, maka uang muka akan hangus Rp. 30 jt. Pembayaran terakhir 1 Januari 2012 sebesar Rp. 150 jt. Solidaritas penulis pun dibangun. Banyak penulis yang menyumbangkan utuh royalti buku-bukunya.

Penerbitan buku "Dunia Ikan" termasuk satu cara penggalangan dana untuk pembebasan tanah Rumah Dunia. Selain itu juga ikut merayakan "Hari Laut se-Dunia" yang jatuh pada 8 Juni. Untuk menarik minat penyumbang, Rumah Dunia merayakannya pada 11 Juni 2011 dalam bentuk acara peluncuran dan bedah buku, pelatihan puisi, pameran lukisan batik ikan karya Q'bro Pandam dan pameran lukisan foto-foto nelayan, ikan dan laut karya Muhammad Arif Kirdiat. Menu tambahan pembacaan puisi oleh penyair dan nelayan Banten serta monolog kucing oleh para kucing.

"Monolog kucing ini unik. Nanti di areal Rumah Dunia akan ada banyak ikan mentah digantungkan, untuk memancing kucing datang berdiskusi. Nah, saat peserta mendapat nasi bungkus plus ikan goreng, saya harap kepala ikannya jangan dimakan. Tapi, nanti para peserta melemparkan kepala ikan goreng itu ke sebuah lingkaran. Semoga para kucing berebut kepala ikan itu dan kita nanti akan mendengarkan monolog mereka. Bukankah kita kadang seperti kucing? Sudah diberi jatah, tapi masih berebut?" kata Gol A Gong, tampak sudah tidak sabar.

Keunikan lain adalah kesediaan para relawan Rumah Dunia membacakan puisi-puisi "Dunia Ikan". Harir Baldan, relawan RD mantan pedagang gorengan yang kini jadi wartawan Banten Raya Post, siap membacakan puisi berjudul "Kolam Ikan". Harir alias Udin sudah berlatih keras. "Saya harus menghayati puisi ini. Kata Mas Gong, puisi ini menceritakan rakyat Indonesia yang ingin memiliki rumah, tapi hanya mampu membeli tipe 21, yang seperti kandang kambing. Sempit. Padahal negeri ini luasnya minta ampun!" Harir membeberkan.

Abdul Salam HS, relawan RD yang baru lulus SMA dan sedang bingung mencari uang untuk meneruskan kuliah siap membacakan puisi, "Saya akan makan ikan mentah!" Salam juga siap ikut road show ke Bandung, Tasikmalaya, Cirebon dan Lampung. "Inilah moment yang saya tunggu-tunggu, membaca puisi seperti Sutardji Calzoum Bachri yang memakan daging saat membaca puisi. Tapi, saya tidak akan minum bir, nanti mabok. Naik bus saja saya masih suka mabok!"

Buku "Dunia Ikan" adalah respon Gol A Gong terhadap kondisi di Banten dan negeri ini. Ada persoalan sosial politik, mitos, cerita rakyat, pilkadal, dan kesenjangan sosial. "Puisi-puisinya, sih, biasa-biasa saja. Tapi, yang luar biasa adalah spirit literasinya! Puisi harus dikenalkan secara luas kepada warga kebanyaka," Gong menjelaskan. "Terutama ke wong cilik," tambah Gong. Itu dibuktikan dengan para nelayan dari komunitas "Tapak Bumi" pimpinan @dAs albantani, yang akan membacakan buku "Dunia Ikan".

Tapi, Gong menulis "Dunia Ikan" tidak sekedar menulis. Seperti dikatakannya, "Saya sebetulnya menyisakan duri ikan setelah usai membaca buku ini. Ya, semoga pembaca merasakan ada duri ikan menancap di tenggorokan. Itulah sebetulnya filosofi ikan. Di balik kelezatan dagingnya, ada duri mengancam. Ketika kita tidak memaknai hidup, betapa bencana mengancam kita setiap saat!"

Maka, nikmati buku ini sambil makan nasi plus ikan, ditemani kucing-kucing. Sisakan kepala ikan untuk kucing-kucing.

Salam puisi. (*)

Insang Satu:
Makan Nasi Ikan Ditemani Kucing
Kutulis Alakadarnya Lewat Ikan
Mencari Kebermaknaan Ikan-ikan
Melihat Banten dengan Mata Ikan

Insang Dua:
Aku Punya Cerita
Sungai, dan Gunung
Ode Nelayan
Banten Lama
Mencari Pelangi
Belajarlah Pada Alam
Banten 2020
Sepanjang Tol Jakarta - Merak
Di mana kau, Lio!
Berkacalah, Bantenku! (Ikan Mati di Teluk Banten)

Insang Tiga:
Asal Muasal Ikan
Nelayan Serupa Tulang Ikan
Kolam Ikan
Ikan dalam Aquarium
Kucing Sarapan Ikan
Namaku Ikan
Ikan Hias
Putri Duyung
Pepes Ikan
Sate Bandeng.
Nelayan, Mogoklah Melaut!
Bandeng Lumpur
Ikan dan Baliho
Kucing Mencuri Ikan
Deden, Pak Raden, dan Ikan Sarden
Ikan, Kucing, dan Manusia
Ikan Hiu, Putri Duyung dan Gurita
Putri Duyung Melahirkan Gurita
Pengakuan Nelayan
Ikan di kampung Maling

Insang Empat
Dinamo Gol A Gong
Nyawa Ikan Pada Puisi Gong
***

IKAN
DAN
BALIHO

Namaku
: ikan tawar.
Aku tinggal di kota,
di kampung, di mana saja.
Asal di negeri ini ada sungainya,
tentu ada pabrik beserta limbahnya,
di situlah aku tinggal. Setiap aku berenang
melewati tikungan jalan, selalu banyak orang
tersenyum sorga. Berjanji tak akan menangkapku,
berjanji membersihkan sungai dari limbah.
Kutatapi wajah-wajah polos tak berdosa itu.
Banyak manusia belum mampu membacanya.
Bagiku wajah-wajah itu bertaring, bermata merah,
bertanduk, dan lidahnya berapi.
Bagiku:
mereka
setan.

Rumah Dunia
7 April 2011

***

APA KATA MEREKA:

"Ikan, seperti halnya kata lain yang mewakili wujud konkret, bukan abstrak, pun memiliki pesona yang berbeda pada satu dan orang lain. Ikan yang mengandung banyak protein itu, sedang disajikan dengan berbagai cara oleh Gol A Gong dalam bentuk puisi. Atas keberaniannya menyelenggarakan pesta ikan dengan atau tanpa pikir panjang, saya mendadak melupakan duri-durinya. Saya lebih mengkhidmati niat dan perjuangannya yang (mungkin) membuat rasa ikan menari-nari di lidah pembacaan dan awet dalam sejarah kebudayaan yang sedang dibangun bersama teman-teman." (Kurnia Effendi, penulis dan pencinta sastra)

Penutup:

Seluruh royalti buku "Dunia Ikan" ini didedikasikan untuk Rumah Dunia, sebuah komunitas belajar (jurnalistik, sastra, teater, rupa, swara, dan film) bagi masyarakat di Serang Banten, yang didirikan Gol A Gong dan Tias Tatanka, Toto ST Radik, dan Rys Revolta (alm). Rumah Dunia kini tidak hanya untuk warga Banten, tapi juga untuk semua orang yang mencintai dunia literasi. Dia bisa berasal dari Sabang hingga Merauke, bahkan menyeberang ke Singapura, Malaysia, Timur Tengah, Arab Saudi, Mesir, Amerika, Korea, Australia, Perancis, Belanda, dan Jepang. Penerbitan buku ini adalah bagian dari solidaritas penulis untuk membebaskan tanah Rumah Dunia seluas 1873 meter persegi dengan harga @Rp. 200.000,-/m2. Kelak, di atas tanah itu akan dibangun gedung kesenian dan perpustakaan. Semoga Rumah Dunia bisa jadi buah hati kita dan warisan dari kita untuk menyiapkan pembaca dan penulis di masa depan. Terima kasih kepada para pembaca budiman, yang sudah membeli buku ini. Info selengkapnya bisa di klik di www.rumahdunia.net

Taman Bacaan Rumah Dunia di Serang Banten, yang didirikan Gol A Gong, akan membebaskan tanah seluas 1873 m2. Setelah uang muka pada Februari 2011 sebesar Rp. 75 jt berhasil dibayarkan atas bantuan facebooker, milis-milis, dan tentu para relawan Rumah Dunia, kini pembayaran termin kedua sebesar Rp. 150 jt pada 1 Juli 2011. "Uang kas kami dihitung-hitung baru terkumpul Rp. 75 jt," kata Tias Tatanka, pengelola Rumah Dunia.

Maka Gong Publishing, lini usaha Rumah Dunia menerbitkan buku terbaru Gol A Gong, yang berjudul "Dunia Ikan". Harga Rp. 30.000 sudah termasuk ongkirim Jawa.. Untuk Sumatra-Kalimantan Rp. 40.000,-

Silahkan transfer ke BCA Serang, atas nama Heri Hendrayana harris, norek: 245 1790 121. Jika sudah transfer, confirm ke 081906311007 (SMS only), tuliskan nama dan alamat pengiriman.

***

__._,_.___
Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE

Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

+ Add Your Comment

Sponsored by