Advertise Box

[ac-i] ANTARA MARQUEZ DAN LLOSA

 

 
ASAHAN:
 
Referensi kader
 
 
                                   ANTARA MARQUEZ (1927/28) DAN LLOSA(1936)
 
Mario Vargas Llosa (hadiah Nobel 2010) pernah mengatakan bahwa tanpa pernah tinggal di Paris dan Perancis dia tidak akan pernah menjadi seorang sastrawan. Kira-kira lima tahun lalu salah satu dari koran terbesar di Belanda menulis dengan pongahnya bahwa katanya tanpa Eropah tidak akan berlahiran tokoh-tokoh raksasa sastrawan dunia yang berasal dari Amerrika Latin. Benarkah demikian? Secara kasat mata mungkin demikian melihat kenyataan yang begitu menonjol. Sederetan pemenang hadiah Nobel sastra yang berasal dari Amerika Latin memang tidak terlepas dari kehidupan kegiatan sastra yang mereka lakukan di negeri-negeri Eropah terutama Perancis dengan kota budayanya Paris. Salah satunya adalah juga Gabriel Garcia Marquez dan Mario Vargas Llosa sendiri disamping masih banyak pemenang hadiah Nabel asal Amerika Latin lainnya dan  juga yang belum menerima dan tidak menerima hadiah tersebut tapi dengan prestasi sastra tingkat Internasional. Sekali lagi secara kasat mata. Ketika Llosa menilai pemenang Nobel Sastra Pablo Neruda sebagai "anti intelektualisme" tapi juga mengatakan tentang dirinya"saya ini banyak membaca tapi  kesopanan kurang" yang menurut Llosa pernyataan Neruda itu harus dibaca"Saya ini kurang membaca tapi sangat sopan". Dan yang mengenai "anti intelektuliasme"Neruda itu menurut Llosa adalah berkenaan dengan bahwa Neruda dalam pembicaraan sehari-hari tidak suka terlibat dengan pembicaraan sastra, kritik sastra atau resensi-resensi tentang karya-karyanya apalagi yang dia anggap resensi yang melambung lambung di awang awang yang tidak ada hubungannya dengan karya-karya yang dia tulis. Neruda menurut Llosa hanya suka bicara kehidupan sehari-hari dengan segala macam tetek bengek, sampah, jasad renik materi yang kecil-kecil yang juga  jauh dari  intelektualisme. Tapi itupun menurut Llosa cumalah kasat mata, karena menurut dia, seorang sastrawan yang sedikit membaca (apalagi sejenis Neruda), tidak akan mungkin melahirkan karya-karya puncak (kanon) dalam sastra dan juga tidak mungkin bisa berpikir intensif dan juga bila demikian, menurut Llosa, Pablo Neruda tidak mungkin melancarkan revolusi di bidang bahasa Spanyol terutama di bidang puisi yang sesungguhnya telah ia lakukan. Dan lalu kita berpikir, inilah juga sebagai jawaban kepongahan Eropah yang mengaku dirinya sebagai "pabrik penerima Nobel sastra" yang pabrik itu cuma terlihat dengan mata yang kasat tapi di dalamnya tidak ada mesin-mesin, tidak ada orang dan tidak ada asap serta tidak ada suara mesin-mesin yang ribut. Segala mesin dan semua pengabdi dan penciptanya berada dalam para sastrawan itu sendiri meskipun mereka berdomisili di benua Eropah.
 
Gabriel Garcia Marquez(Columbia) justru merasa kehidupannya selama di Perancis adalah kehidupan yang banyak memberikan iritasi padanya. Berlainan dengan LLlosa yang tidak pro komunisme, Marquez mencita-citakan agar seluruh negara-negara Amerika Latin akan menjadi negara Sosialis. Marquez pernah bersahabat karib dengan Fidel Castro meskipun kemudian sikanya terhadap Fidel menjadi lebih kritis seperti juga sikap Pablo Neruda terhadap Stalinisme(Neruda adalah anggota Partai Komunis) di hari tuanya juga menjadi lebih kritis menurut Llosa. Tapi juga Marquez merasa sangat ter-iritasi bila dia dituduh Komunis, dia sangat idak suka dengan tuduhan itu dan tuduhan itu selalu datang dari para wartawan yang saling berganti datang mewawancarainya. Suatu hari Marquez dengan nada agressif menanyai seorang wartawan sebelum wawancara dimulai: "Kamu kan, juga akan menuduh saya Komunis!", sang wartawan tidak menjawab tapi Marquez mengulangi pertanyaannya"Ya, kan, kamu tuduh saya Komunis!". Untuk mempercepat dimulainya wawancara sang wartawan  menjawab: "Baiklah tuan Marquez, saya tuduh tuan seorang Komunis". Dan barulah Marquez merasa puas dan wawancara bisa dimulai yang menurut wartawan itu Marquez selalu menganggap para wartawan yang mewancarainya sebagai lawan bicara beberapa derajat lebih rendah darinya(sebelum dia menerima hadiah Nobel). Tapi ketika Marquez menyatakan bahwa orang tidak mungkin menemukan fantasi dan kalimat yang dibikin bikin dalam semua buku-bukunya dan semua gejala hanya diambil dari kehidupan realitas atau nyata tanpa menyulap kata-kata( Marquez disebut sebagai master Realisme Magis yang terbesar). Tapi mendengar pernyataan Marquez yang demikian sang wartawan langsung memotong kalimat Marquez: "Sekali ini tuan betul-betul berlebihan". Kita lalu ingat apa yang pernah dikatakan Llosa tentang karya Marquez, khususnya dalam roman Marquez yang monumental "Seratus tahun keterpencilan" ketika Marquez mengisahkan desa "Macondo" yang adalah desa fiktif yang menurut Llosa apanya yang realis bila menggambarkan desa saja sudah demikian fiktifnya dan pula menceritakan seorang pendeta   dengan penuh keyakinan bahwa pendeta itu bisa berdiri terapung apung di atas tanah setinggi beberapa puluh centimeter. Dan memang dalam roman -roman Marquez kita akan banyak sekali menemukan fantasi dan imajinasi Marquez yang indah-indah yang sangat asing  dengan pengertian realisme dan memang lebih mengarah ke magisme. Barangkali hanya Llosa-lah orang pertama yang lebih kritis menilai karya-karya Marquez meskipun dia tidak langsung mengkritik Marquez. Tapi Marquez lebih progressif pandangannya daripada Llosa terutama mengenai Sosialisme meskipun Llosa bukan seorang pengarang yang sangat anti Komunis. Kesamaan keduanya adalah bahwa mereka punya hubungan baik dengan tokoh-tokoh sastrawan besar yang beraliran atau penyokong ideologi sosialisme. Dalam roman Llosa: "Gadis yang tak terpegang", juga kita temui hubungan Llosa dengan para kaum muda revolusioner Peru yang mengadakan kegiatan di kota Paris meskipun sikapnya terhadap kegiatan kaum revolusioner itu tidak bebas dari sinisme walaupun sama sekali tidak mengutuk: Seorang gadis yang dikirim dari Peru ke Paris untuk mendapat pendidikan revolusioner yang kemudian akan dilatih di Tiongkok ahirnya cuma menjadi pelacur Internasional tingkat tinggi, menjadi kekasih yang selalu berkhianat dan menjadi istri yang mewarisksan harta besar sebelum ahirnya pasti mati karena penyakit kelamin yang didapatnya dari kehidupan melacur. Sebuah roman biasa(tidak menonjolkan sesuatu aliran sastra) yang luar biasa mengasikkan untuk dibaca, penuh romantis, bersifat porno(terutama untuk "moral"Indonesia sekarang ini). Dalam roman Llosa ini paduan elemen-elemen memoar, otobiografi, dan fiksi begitu berpadu indah dan sangat mudah dibaca dibandingkan dengan roman Marquez "Seratus Tahun Keterpencilan" meskipun juga sangat indah  dan menarik untuk dibaca. Tapi tidak selalu mudah membaca roman Marquez meskipun sesuatu yang SASTRA akan pasti dan banyak kita temui, kita rasakan dalam sebagian besar roman-roman Marquez. Padahal Marquez sendiri memulai kariernya sebagai seorang jurnalis dan sangat banyak menulis karya-karya jurnalistik karena dia pernah bekerja di beberapa buah koran sebagai reporter dan penulis. Marquez mencurahkan perhatiannya secara penuh terhadap sastra. Hal itu dia pastikan dalam buku tebalnya yang berjudul: "Hidup hanya untuk bercerita"dan kebiasaan bercerita itu sudah dia mulai sejak kecil yang dia dapatkan dari neneknya yang selalu saja meceritakan sesuatu padanya. Marquez yang kecil pernah mendapat julukan si kecil "bacar mulut"si tukang omong yang tak henti-hentinya berkisah sendirian sambil berfantasi atau suka mencampuri omongan orang dewasa . Tapi seorang apoteker mengatakan dengan serius tentang Marquez kecil si tukang omong: "anak ini akan menjadi pengarang besar, dia punya bakat luar biasa". dan ternyata ramalan tsb benar adanya.
Sedangkan Llosa sebagai pengarang dan sastrawan mempunyai begitu banyak perhatian di segala bidang. Mungkin bisa dibandingkan dengan Hersri Setiawan yang punya perhatian hampir-hampir tak terbatas itu hingga dia selalu diundang untuk bikin makalah dalam kongres apapun karena keserba bisaannya di segala bidang yang membuat Ajip Rosidi turut kagum . Orang boleh menuduh saya mengambil perbandingan secara amat keterlaluan. Tapi memang saya suka segala yang keterlaluan. Apa yang tidak diminati dan ditulis Llosa: mulai dari soal-soal revolusi, sejarah, fotografi, bahasa-bahasa rakyat, lukisan (dia menulis resensi tentang  seorang pelukis wanita Frida Kahlo(1907-1954) yang pernah bertunangan dengan Leon Trotsky  yang sangat menarik untuk dibaca), seni suara (dia juga menulis tentang penyanyi wanita Yma Sumac yang pernah terkenal mendunia itu yang dia katakan Yma Sumac (1927-2008) itu bukan bernyanyi tapi cuma hi hi hi ha ha ha menirukan suara hutan belantara dan gunung gunung meskipun dengan suara yang indah dengan lima oktaf yang hanya dia bisa melakukan itu. Selain itu Llosa juga  menulis tentang reportase jurnalistik, artikel-artikel di koran-koran, kronik dan fiksi, humor, sepak bola, kisah perjalanan, berbagai jenis resensi dsb, dsb. Seolah semua persoalan di dunia ini tak luput dari perhatiannya dan... dia tulis menjadi buku yang berbobot kanon dan mendapat pengakuan sebagai master dunia di bidang penulisan. Mungkin Hersri Setiawan hanya beberapa derajat lebih kurang sedikit dari Llosa ini. Dan yang sangat menonjol serta sangat menarik dalam tulisan-tulisan Llosa adalah kekritisannya terhadap obyek yang dia tulis. Dia bisa sangat mengagumi seseorang tokoh besar dan luar biasa tapi juga dia tetap kritis dan selalu kritis serta sering punya pendapat yang orisinil. Llosa cukup lama hanya cuma dinominasi untuk hadiah Nobel dan banyak orang tahu bahwa cepat atau lambat pasti Llosa akan memenangkannya. Dan benar hadiah itu dia terima pada tahun 2010 ketika usianya sudah 75 tahun. Sedang Marquez memenangkan hadiah Nobel ketika ia berusia 55 tahun pada tahun 1982. Beda 20 tahun dengan Llosa. Llosa juga seorang politikus praktis. Dia pernah mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden Peru. Sedangkan Marquez menolak keras setiap langkah menuju politik praktis dan selalu menjaga kebebasannya dari ikatan-ikatan jabatan politik atau jabatan Pemerintahan. Marquez menolak subsidi dari siapapun yang dia anggap akan membatasi kebebasannya dalam menulis. Marquez menolak kontrak jutaan dollar yang akan diterimanya bila buku romannya "Seratus tahun Ketepencilan"dibikin film oleh Hollywood. Dia tidak mau pembuat film merobah-robah atau menukangi bukunya hingga rusak dan berubah kwalitas  sama sekali. Singkat kata dua penulis terbesar dan terpenting dari Amerika Latin ini punya segi-segi yang amat menarik meskipun berbeda warnanya tapi sudah pasti pantas dikagumi dan dinikmati karya-karya mereka bukan  semata karena kedua mereka adalah peraih hadiah Nobel, tapi memang kepribadian dua tokoh sastrwan dunia ini sangat  menarik dan uniek serta memukau, sama menarik dan memukaunya seperti juga karya-karya tulis mereka.
ASAHAN.
Hoofddorp - Belanda 23 Mei 2011.

__._,_.___
Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

+ Add Your Comment

Sponsored by