Advertise Box

[INDONESIA-Geographic] File : Surga Rahasia Bernama Lombok

 

Surga Rahasia Bernama Lombok

Republika, 13 Agustus 2011

Mengunjungi Lombok seolah melihat sisi lain dari Bali. Lombok memang selalu berada di balik bayang-bayang Bali yang sudah lebih dahulu mengecap popularitas sebagai salah satu tempat terindah di dunia.
Kini, Lombok mulai menunjukkan jati dirinya sebagai daerah tujuan wisata yang memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan Pulau Bali. Berbagai tempat unggulan pariwisata pun mulai gencar dipromosikan, seperti 3G (Gili Manuk, Gili Air, dan Gili Terawangan), Pantai Senggigi, Pantai Mandalika di Lombok Tengah, dan wisata belanja mutiara.

Kekayaan kuliner Lombok, seperti ayam taliwang, sate bulayak, dan pelecing kangkung pun tidak ketinggalan dijadikan daya tarik kuliner yang menjadi kebanggaan Lombok. Setiap orang senantiasa membanggakan wilayah tempat tinggal mereka dengan berkata kepada para wisatawan bahwa, "Kita selalu dapat melihat Bali di Lombok, tapi kita tidak akan bisa melihat Lombok di Bali."

Pertengahan bulan Juli 2011, Lombok juga mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Festival Internasional Pemuda dan Olahraga Bahari (FIPOB) IV. Mengusung cita-cita meraih prestasi dalam bidang olahraga air sekaligus mempromosikan Lombok sebagai kota tujuan wisata internasional, Lombok tampil menjamu atlet olahraga air dari berbagai negara, seperti Korea Utara, Korea Selatan, Islandia, India, Malaysia, Singapura, dan Filipina.

Pesona Surga Rahasia

Seperti halnya Bali, keindahan pantai juga menjadi daya tarik utama Lombok. Pantai Mandalika yang terletak tidak jauh dari Tanjung Aan menjadi salah satu pantai yang menawarkan keindahan laut biru luar biasa. Tapi, pantai ini masih sepi dari kunjungan wisatawan.

Mandalika terletak di kawasan Lombok Tengah, sekitar 65 kilometer dari ibu kota Lombok, Mataram. Dengan jarak tempuh menggunakan mobil selama lebih kurang dua jam, kita dapat menikmati panorama pantai yang terletak tidak jauh dari kawasan perbukitan.

Masyarakat di sekitar Pantai Mandalika memiliki ritual khas, Bau Nyale, yang bertujuan untuk mensyukuri kekayaan alam yang melimpah ruah di kawasan tempat tinggal mereka. Perayaan ini secara rutin dilakukan setahun sekali, yaitu antara bulan Februari dan Maret.

Menurut salah satu warga di sekitar Pantai Mandalika, Hj Hidayati, perayaan Bau Nyale tidak lepas dari cerita legenda masyarakat Lombok tentang kisah cinta Putri Nawangwulan yang juga merupakan putri pertama Raja Selaparang, kerajaan paling besar di Lombok.

Kecantikan Putri Nawangwulan yang begitu luar biasa ternyata memicu terjadinya peperangan antara pangeran dari berbagai penjuru Lombok, seperti Sasak, Awig, dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. "Nawangwulan yang bijaksana akhirnya memutuskan untuk tidak memilih pangeran mana pun untuk menjadi suaminya," ujar Hidayati.

Nawangwulan akhirnya memutuskan untuk menceburkan diri ke laut dan mengucapkan kata-kata terakhirnya kepada para pangeran yang memperebutkannya. "Konon kabarnya, Nawangwulan berkata apabila para pangeran tersebut ingin melihat saya lagi, datanglah ke laut Mandalika setiap tanggal 17 Maret. Saya akan muncul dalam bentuk cacing yang menyala atau nyale," papar Hidayati.

Apabila kita berkesempatan mengunjungi Mandalika di pagi hari atau sekitar pukul 07.00, kita akan disuguhi pemandangan pagi penuh kabut yang membuat kita merasa seolah tidak berada di Indonesia. Menjelang naiknya matahari, air laut yang awalnya terlihat berwarna kehijauan pun akan tampak semakin biru.

Di Mandalika, kita dapat menikmati pemandangan para nelayan yang akan pergi melaut atau berjalan-jalan di pasir sembari berbelanja kain tenun Lombok. Anak-anak nelayan banyak juga yang bermain layangan di sepanjang pantai karena memang pantai ini masih terbilang sepi oleh kunjungan wisatawan.

Sedikit berbeda dengan Mandalika, suasana ramai justru di kawasan Pantai Senggigi. Di sepanjang pantai yang terletak di sebelah barat pesisir Pulau Lombok ini, kita sudah dapat merasakan nuansa pantai yang ramai sudah terasa ramai, seperti halnya di kawasan Kuta, Bali.

Mulai dari restoran, hotel, resor, pasar seni, salon, dan spa, hingga warung jajanan tradisional, semuanya dapat kita temui di sepanjang kawasan Senggigi yang menanjak hingga ke puncak. Para wisatawan asing dan domestik yang datang di sini pun akan dibanjiri oleh para pedagang suvenir, mulai dari kaus Lombok, mutiara, gelang pantai, sampai tato sementara hingga pijat refleksi.

Salah satu keistimewaan dari pantai-pantai yang berada di Lombok adalah pasirnya yang terasa lebih halus dibandingkan dengan pasir yang berada di pantai-pantai di Bali. Masyarakat Lombok biasa menyebut pasir di pantai mereka sebagai pasir merica karena bentuk butiran pasirnya besar-besar mirip dengan bumbu dapur tersebut.

Di pantai-pantai Bali, butiran pasir yang teksturnya kasar tidak jarang membuat kaki kita terasa agak perih ketika melangkah. Tapi, di Lombok pasir yang ada di pantai-pantai jauh lebih lembut dan mampu membuat kaki kita langsung terbenam ke dalam timbunan pasir setiap kita melangkah. Lembutnya tekstur pasir ini tidak membuat kaki kita merasa perih atau gatal.

Menikmati keindahan Pantai Senggigi akan semakin terasa apabila kita berkesempatan menyaksikan matahari terbenam, sekitar pukul 18.00 hingga 18.30. Selain berbelanja suvenir, sambil menunggu tiba saatnya matahari terbenam kita dapat melakukan berbagai kegiatan, seperti snorkeling dengan biaya Rp 40 ribu per sesi atau makan sate bulayak ditemani es kelapa muda di sebelah pinggir pantai.

Belanja Mutiara

Orang Persia menyebut mutiara laut selatan atau mutiara yang terdapat di Lombok sebagai 'Cahaya Anak-anak'. Alasannya, mutiara dipercaya sebagai tetesan air mata Tuhan yang tengah bersedih. Orang Cina zaman dulu menyebut mutiara Lombok sebagai air mata bulan. Mereka meyakini kilauan mutiara dari laut selatan tersebut berasal dari kilauan bulan yang memancar di laut dan diserap oleh mutiara yang berada di dasar lautnya.

Mutiara merupakan satu kekuatan utama pariwisata Lombok yang berpenduduk empat juta jiwa lebih ini. Tidak hanya dapat ditemui di kawasan pusat kerajinan profesional, penjual mutiara dapat kita temui hampir di setiap sudut Kota Lombok dengan penawaran harga dan model yang bervariasi.

Sejauh ini, di kawasan Lombok dan Sumbawa terdapat sekitar 36 perusahaan penghasil mutiara. Sebanyak 20 perusahaan telah terdaftar dan secara aktif mengekspor mutiara Lombok ke berbagai belahan dunia, seperti Amerika Serikat, Zurich, Australia, Swiss, Italia, dan Jepang. Pada 2009, Indonesia diperkirakan berhasil memproduksi lebih kurang 5.500 ton mutiara senilai 46 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 414 miliar.

Mutiara yang dijual di Lombok biasanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu mutiara air laut dan air tawar. Mutiara air laut jauh lebih mahal dibandingkan dengan mutiara air tawar. Kilau cahaya mutiara air laut disebut-sebut lebih tahan lama dan lebih kuat meskipun dari segi bobot justru lebih ringan apalagi bila digunakan sebagai perhiasan.

Untuk perhiasan dari mutiara air tawar, harga yang ditawarkan berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu, bergantung pada model dan banyaknya mutiara yang digunakan, sedangkan untuk mutiara air laut satu bijinya saja dapat mencapai harga yang jauh lebih tinggi, yaitu sekitar Rp 1 juta.

Sekarbelle merupakan pusat kerajinan mutiara paling terkenal di seluruh Lombok. Tapi, di sini mayoritas penjualnya telah memadukan mutiara dengan emas yang digabungkan menjadi berbagai macam perhiasan, seperti gelang, cincin, anting, kalung, dan bros. Karena sudah terkenal dan digabung dengan emas, harga berbagai perhiasan mutiara yang dijual di sini terbilang lumayan mahal, apalagi kalau kita tidak terlalu pandai menawar.

Apabila kita berniat menawar dan ditambah sedikit keberuntungan, bukan tidak mungkin kita akan mendapatkan satu set perhiasan mutiara dengan desain elegan dan sederhana terdiri dari gelang, kalung, anting, dan cincin, seharga Rp 50 ribu saja. Apabila berniat mencari mutiara dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan di Sekarbelle, kita dapat berkunjung ke kawasan Genteng, tidak jauh dari Mataram. Di sinilah mutiara-mutiara di Sekarbelle diambil sebelum ditambahkan emas untuk dijual di sana.

Salah satu penjual mutiara di Pantai Senggigi, Muhamad Rifai, mengungkapkan mutiara sebenarnya terbentuk dari air liur siput yang terkumpul selama lebih kurang delapan bulan. Banyaknya variasi warna mutiara, mulai dari putih, putih kemerahan, putih keunguan, hingga abu-abu dan hitam, sebenarnya terjadi karena menyesuaikan dengan warna siputnya. "Apabila ada mutiara yang warnanya sedikit terkelupas, itu biasanya karena kondisi psikologis siputnya sedikit stres," ujar dia.

Menurut dia, tidak ada dua butir mutiara yang sama persis karena setiap mutiara terbentuk secara alami dan tidak dapat dicampurtangani oleh manusia. Mutiara yang asli atau palsu bisa dibedakan dengan cara membakarnya. Menurut Rifai, mutiara yang palsu akan meleleh bila dibakar. Bentuk mutiara palsu ini bulat sempurna karena dibuat menggunakan cetakan.  ed: priyantono oemar

Pura Mayura : Bukti Kerukunan Umat Beragama di Lombok

Di Kota Mataram, kita dapat menemukan beberapa situs bersejarah yang dibuka untuk umum karena sudah dijadikan sebagai area tujuan wisata. Puri Mayura adalah salah satunya. Pura ini merupakan salah satu tempat ibadah paling suci di Mataram karena di dalamnya terdapat tempat bersembahyang para raja atau kasta kesatria dan pengadilan suci keluarga Raja Karangasem.

Pura Mayura dibangun pada tahun 1744 oleh Raja Anak Agung Angkurah Karangasem. Di awal pembuatannya, Pura Mayura merupakan tempat pengadilan, pusat pengairan di seluruh Lombok, sekaligus tempat beribadah. Konon, Pura Mayura dibangun di kawasan yang jauh lebih luas dari yang kawasan tiga hektare yang ada saat ini. Banyaknya anggota keluarga yang gemar melakukan sabung ayam membuat kawasan Pura Mayura terus-menerus mengalami pengurangan sehingga hanya tersisa sebagian kecilnya.

Nama mayura adalah nama lain dari burung merak. Raja yang ingin membangun pura ini mengalami kesulitan mengerahkan masyarakat untuk bekerja sama membangun pura. Banyaknya ular berbisa di kawasan yang akan dibangun pura (masih hutan belantara) membuat penduduk enggan ke sana.

Di tengah kesulitan tersebut, hadirlah cendekiawan dari antah-berantah dan menyarankan agar Sang Raja membasmi ular berbisa dengan patukan burung merak. Saran yang kemudian dicoba oleh Raja pun membuat ular berbisa di kawasan hutan tersebut binasa. Rakyat pun secara leluasa dapat bekerja membangun pura seperti yang diperintahkan raja.

Masuk ke Pura Mayura, kita dapat melihat kolam besar berisi air yang dulunya merupakan pusat pengairan atau subak yang menyuplai air ke berbagai wilayah di Lombok. Di tengah pengairan besar tersebut, kita dapat melihat Balai Kambang atau istana mengambang yang dulunya merupakan tempat pengadilan para raja.

Menurut Agus Astawa, salah satu pemandu wisata di Pura Mayura, Balai Kambang ini dulunya menjadi tempat berdiskusi Raja Karangasem apabila ada pangeran atau salah satu anggota keluarga yang membuat kesalahan. "Hukuman yang diberikan biasanya berupa membersihkan jalan umum. Diskusi pun dilakukan untuk menentukan seberapa jauh jalanan yang harus dibersihkan oleh si pelanggar," ujar Agus.

Dibuat dari kayu jati, Balai Kambang ini telah sempat mengalami renovasi besar akibat angin puting beliung yang melanda Lombok, beberapa tahun lalu, yang telah menghancurkannya. Balai Kambang itu dikelilingi patung-patung yang dibuat sebagai bentuk penghormatan Raja Karangasem yang beragama Hindu kepada para tamu dari berbagai wilayah yang kebetulan beragama Islam.

Menurut cerita, kata Agus, dulu pernah beberapa kali Puri Mayura menerima tamu Muslim yang merupakan utusan dari kerajaan Muslim yang tersebar di berbagai wilayah, seperti dari Sumatra, Gujarat, India, dan Jawa. "Mereka pun kerap berdiskusi dengan Raja Karangasem tentang kerukunan umat beragama dan berbagai permasalahan sosial lainnya," ujar Agus.

Ia pun menambahkan, berpegang teguh pada cerita kerukunan umat beragama Hindu dengan Muslim yang terjalin di Pura Mayura ini, masyarakat Lombok hingga saat ini masih memegang teguh pentingnya toleransi antarumat beragama. "Terbukti, sejak dibangun, yaitu tahun 1744 hingga 2011 ini, tidak pernah ada satu pun kejadian kerusuhan atau konflik yang tercipta antara umat Muslim dan umat Hindu di seluruh Lombok," jelas Agus.  (setyanavidita livikacansera ed: priyantono oemar)

__._,_.___
Recent Activity:
____________________________________________________________________________
Facebook:http://www.facebook.com/group.php?gid=48445356623
Multiply: http://IndonesiaGeographic.multiply.com
Multiply: http://GeographicIndonesia.multiply.com
____________________________________________________________________________
Hapus bagian yang tidak perlu untuk menghemat bandwidth. Sisakan 1 atau 2 thread agar tidak membingungkan yang lain.
Apabila topik pembicaraan berubah, usahakan Subject juga diubah sesuai topik
----------------------------------------------------------------------------
MARKETPLACE
A better credit score can save you thousands. See yours at freecreditscore.com.
.

__,_._,___

+ Add Your Comment

Sponsored by