Advertise Box

[INDONESIA-Geographic] Rona Pantai-Pantai di Belitung

 

Rona Pantai-Pantai di Belitung

Republika, 2 Juli 2011
Pantai-pantainya terlihat unik dengan tumpukan batu granit raksasa. Dilihat dari udara, pemandangan Pulau Belitung sungguh tak mengenakkan mata. Sejauh mata memandang, daratan itu penuh dengan lubang-lubang bekas galian tambang timah. Sumur-sumur besar berair keruh. Daratan gersang tanpa pepohonan.

Sebelum pesawat mendarat di Bandara HAS Hanandjoeddin, saya sempat berpikir, apa bagusnya Belitung ini? Perjalanan dari bandara ke pusat kota juga biasa saja. Hampir tak ada yang menyejukkan mata. Spanduk dan baliho "Selamat Datang di Bumi Laskar Pelangi" bertebaran di banyak tempat. Tapi, saya belum menemukan daya tarik pulau ini.

"Bapak belum pergi ke pantai sih," kata pengemudi yang mengantar kami ke hotel, menanggapi keluhan saya. Menurut dia, daya tarik Pulau Belitung itu justru ada di pantai.

Sore itu, saya dan rombongan wartawan dari Jakarta menyempatkan berkeliling menikmati suasana pantai dengan perahu motor dari Pelabuhan Tanjung Pandan. Perjalanan yang hampir setengah jam tersebut cukup membuat rasa kecewa terobati dengan pemandangan yang indah.

Perahu membawa kami berkeliling dari pelabuhan ke arah Pantai Tanjung Pendam. Dari laut, memandang ke arah pantai terasa menyejukkan. Pepohonan hijau berjajar, melambai-lambai ditiup angin laut. Menjelang senja, kami menikmati suasana Pantai Tanjung Pendam. Rasa kecewa saya benar-benar hilang. Pantai di jantung Kota Tanjung Pandan ini adalah tempat favorit warga untuk menikmati indahnya matahari terbenam.

Puluhan orang bermain di pantai yang tenang itu, menunggu matahari benar-benar hilang ditelan lautan luas. Anak-anak kecil ditemani orang tuanya berlari-larian atau memainkan air yang lembut mengempas pasir.

Pengunjung banyak bermain di bibir pantai atau menikmati pemandangan dari kafe-kafe yang bertebaran di lokasi ini. Pantai ini sudah dijadikan tempat rekreasi oleh pemkot setempat. Tak hanya sepanjang siang, malam hari pun Pantai Tanjung Pendam ramai dikunjungi warga.

Banyak kafe menyediakan pertunjukan musik. Namun, berbeda dengan di Jakarta atau di kota-kota wisata lainnya, kafe-kafe di Tanjung Pendam sudah tutup pada 23.00 WIB."Kalau di Jakarta, kita biasa baru keluar jam 11 malam, eh di sini malah sudah tutup," keluh seorang teman sambil terkekeh.

Pantai yang menjadi tujuan saya berikutnya adalah Tanjung Tinggi. Orang bilang, belum ke Belitung jika belum ke pantai ini. Sejak film "Laskar Pelangi" beredar, Pantai Tanjung Tinggi menjadi sangat terkenal. Salah satu adegan di film itu, saat Ikal dan kawan-kawannya berlari-lari di sela-sela bebatuan besar dan menyaksikan pelangi berpendar di langit, shooting-nya dilakukan di pantai ini.

Ternyata, film itu tak berlebihan. Pantai Tanjung Tinggi memang elok. Pantai yang diapit dua semenanjung ini memiliki pasir putih bersih dipenuhi dengan batu-batu granit ukuran raksasa. Bebatuan itu tersusun sampai tingginya belasan meter dari tepi dan lepas pantai. Ia menjadi penahan alami di beberapa bagian pantai. Akibatnya, sejumlah tempat di pantai ini ibarat kolam-kolam renang. Airnya tenang. Banyak anak-anak, bahkan balita, berenang dengan nyaman."Wah, Bali lewat nih," komentar seorang teman yang juga baru pertama kali  mengunjungi pantai ini.

Selain tenang, air di pantai ini juga jernih. Kita bisa menemukan ikan-ikan kecil yang bergerombol mencari makan di sela-sela bebatuan. Selain berenang, banyak pengunjung yang memanjat bebatuan granit sambil memandang ke arah lautan. Bebatuan granit itu membuat pantai ini menjadi sangat unik.

Kami tak bisa berlama-lama menikmati kemolekan Pantai Tanjung Tinggi. Incaran berikutnya adalah Pantai Tanjung Kelayang. Pantai ini tak kalah eksotis dibandingkan Pantai Tanjung Tinggi. Pantai berpasir putih landai ini memiliki panjang pesisir tak kurang dari 1,5 kilometer.

Selain bermain di pasirnya yang bersih dengan air laut yang biru, pengunjung bisa berpuas-puas menikmati pemandangan batu-batu granit yang seperti ditancapkan ke dalam laut. Tanjung Kelayang memang terkenal dengan pemandangan batu granit dari arah pantainya. Di pantai ini, bebatuan raksasa itu menyembul di tengah lautan.

Di Pantai Kelayang, juga banyak tersedia perahu bermesin yang bisa membawa wisatawan berkeliling mengunjungi pantai dan pulau-pulau sekitar Tanjung Kelayang. Salah satu pulau yang jadi favorit untuk dikunjungi adalah Pulau Lengkuas. Pulau ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan perahu mesin.

Salah seorang pemandu wisata, Yus, mengatakan, harga sewa perahu besar dengan kapasitas 20 penumpang mencapai Rp 600 ribu sehari. Sedangkan, perahu yang lebih kecil sewanya Rp 400 ribu. Kapasitasnya 10 penumpang. Tak perlu khawatir jika tiba-tiba perahu terbalik karena setiap penumpang dibekali pelampung.

Sepanjang perjalanan dari Tanjung Kelayang menuju Pulau Lengkuas, pengunjung disuguhi pemandangan alam yang sungguh memesona. Ada Pulau Babi, Pulau Batu Berlayar, dan Pulau Kambing.

Pulau Lengkuas

Pulau Lengkuas merupakan pulau kecil yang tak dihuni penduduk, kecuali penjaga mercusuar. Luasnya kurang dari satu hektare. Dari kejauhan, pulau ini bisa dikenali dengan mercusuarnya yang tinggi menjulang. Mercusuar yang dibangun pemerintah kolonial Belanda pada 1882 itu masih berfungsi hingga saat ini. Ia menjadi pemandu kapal-kapal keluar masuk Pulau Belitung.

Pantai Pulau Lengkuas juga berair jernih dan tenang. Bahkan, saking jernihnya, kita bisa menikmati pemandangan dasar laut. Ikan-ikan terlihat berenang. Kadang-kadang, kita bisa menikmati pemandangan hijau dari tetumbuhan yang hidup di dasar lautnya.

Selain bermain-main di pasir pantainya yang bersih, pengunjung juga banyak memanfaatkan waktu untuk ber-snorkling. Jika bosan main di pasir, bisa pula menaiki bebatuan granit yang memanjang dari tepi pantai sampai jauh ke lautan.

Kalau kondisi tubuh Anda cukup fit dan cukup bernyali, nikmatilah pemandangan luar biasa dari puncak mercusuar setinggi 88 meter itu. Pengunjung harus menaiki ratusan tangga sampai ke tingkat 18 mercusuar. Jika Anda tak cukup kuat menapak sampai puncak, bisa berhenti di setiap tingkatnya. Di situ ada jendela kaca. Pengunjung bisa menikmati pemandangan seluruh pulau dari balik kaca itu.

Saya mencoba naik sampai ke puncak mercusuar. Rasa lelah langsung pupus begitu sampai di lantai terakhir, lantai 18. Di sini, saya bisa menikmati pemandangan seluruh pulau dari dalam bangunan mercusuar. Tak puas dari dalam, saya keluar bangunan, kemudian berdiri dengan hanya dibatasi pagar besi. Angin menerpa cukup kencang, dingin.

Dari puncak paling tinggi, saya melihat pantai hijau dengan tetumbuhan berpendar-pendar. Batu-batu granit bersusun-susun memanjang dari tepi pantai sampai belasan meter ke tengah lautan. Perpaduan laut, pasir putih, bebatuan granit, dan pohon-pohon hijau sungguh memanjakan mata. Tak henti-hentinya saya mengagumi indahnya alam ciptaan Tuhan ini.

Diam-diam saya iri dengan pesona pantai tanah kelahiran Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi ini. Saya sudah cukup banyak berjalan mengunjungi tempat-tempat wisata dan harus saya akui, pantai-pantai Belitung sangat indah. ed: priyantono oemar

Terminal Laskar Pelangi

Novel Laskar Pelangi memang menjadi berkah bagi pulau ini. Sejak kisah novel itu diangkat ke layar lebar, pariwisata Belitung juga ikut terdongkrak. "Wisatawan yang datang ke sini makin banyak," kata Ny Atep, pemilik rumah makan Mie Atep di Kota Tanjung Pandan.

Mulai dari bandara, baliho, spanduk, dan brosur-brosur pariwisata telah menjual Belitung dengan nama Negeri Laskar Pelangi. Makin banyaknya wisatawan yang mengunjungi Belitung ini mendorong PT Pelindo II Cabang Tanjung Pandan, Bangka Belitung, mengganti nama terminal penumpangnya dengan nama Terminal Penumpang Laskar Pelangi.

Peresmian pengoperasian terminal penumpang  dengan investasi Rp 1,7 miliar dilakukan Direktur Personalia dan Umum PT Pelindo II Mulyono. Hadir pula Bupati Belitung Darmansyah Husein, Wakil Gubernur Bangka Belitung Syamsudin Basyari, penulis novel Laskar Pelangi Andrea Hirata, dan semua anak pemeran film "Laskar Pelangi".

General Manager  PT Pelindo II Cabang Tanjung Pandan M Iqbal mengatakan, Terminal Penumpang Laskar Pelangi merupakan pengembangan dari Pelabuhan Tanjung Pandan sebagai pelabuhan kota dan pelabuhan wisata. Terminal ini menjadi gerbang wisata Belitung lewat laut.

"Angka statistik kunjungan wisata ke Belitung dari tahun ke tahun terus meningkat. Berkembangnya sektor pariwisata ini akan mendorong pertumbuhan sektor jasa dan industri manufaktur daerah ini," kata Iqbal saat peresmian terminal tersebut, Sabtu, 11 Juni 2011.

Adrea Hirata gembira dengan diabadikannya nama Laskar Pelangi sebagai nama terminal itu. Ia menilai, ide menjadikan karya sastra sebagai inspirasi pembangunan sebuah kota sungguh sangat brilian.

Yang dilakukan Pelindo, kata Andrea, sama seperti yang sudah diwujudkan warga Kota Hannibal, Iowa, Amerika Serikat. Di kota tempat kelahiran penulis Mark Twain  itu, karya pengarang terkenal itu menjadi inspirasi untuk menggerakkan roda perekonomian.

Nama-nama seperti pelabuhan, pelayanan air bersih, banyak diambil dari kisah dalam karya Mark Twain, seperti The Adventures of Huckleberry Finn dan The Adventures of Tom Sawyer. "Sangat mungkin kita melakukan itu. Sebuah kota dibangun dengan inspirasi sebuah karya sastra," kata Andrea. subroto ed: priyantono oemar

__._,_.___
Recent Activity:
____________________________________________________________________________
Facebook:http://www.facebook.com/group.php?gid=48445356623
Multiply: http://IndonesiaGeographic.multiply.com
Multiply: http://GeographicIndonesia.multiply.com
____________________________________________________________________________
Hapus bagian yang tidak perlu untuk menghemat bandwidth. Sisakan 1 atau 2 thread agar tidak membingungkan yang lain.
Apabila topik pembicaraan berubah, usahakan Subject juga diubah sesuai topik
----------------------------------------------------------------------------
.

__,_._,___

+ Add Your Comment

Sponsored by