Advertise Box

[ KHI ] Sejarah Perang Krimea. (2). Selesai.

 

Sang pengarang dengan ketelitian yang sungguh-sungguh menggunakan arsip  - di London, Paris, Istanbul, Moskwa dan St. Petersburg - untuk menyingkapkan kasak-kusuk rahasia negarawan-negarawan, tetapi ia tak pernah melupakan kerugian manusia yang mengerikan, seperti kesudian para perwira aristokratis Rusia untuk acuh tak acuh mengorbankan serdadu-serdadu petani mereka.
 
Dan buku ini menemukan akar-akar banyak krisis modern: Britania, yang mencoba untuk menciptakan zona penahan melawan Rusia, menduduki suatu negeri di Timteng dan mempertimbangkan merampas suatu negeri di Timteng, di mana seorang diplomat Britania dengan gembira menyatakan bahwa dua aliran "selalu dapat diadudomba satu dengan yang lainnya,"
 
Ini merupakan sejarah dengan suatu perbedaan pendapat. Sang pengarang tetap berpendapat bahwa konflik ini pada dasarnya suatu perang religius, dan ia merasa kecewa karena sebagian terbesar para penulis telah melalaikan tema perang. Perang juga merupakan suatu perselisihan antara sistem-sistem politis: liberalisme Britania melawan absolutisme Rusia.
 
Kalangan-kalalngan Britania yang berpikiran kemerdekaan (boleh dibilang juga kalangan-kalangan Perancis, kendatipun pemerintahan Napoleon III mencekik) terkejut sekali oleh despotisme Rusia, dan oleh penindisan yang berdarah oleh tentara mereka di Polandia dan Hongaria.
 
 Waktu Perang Krimea tiba, sang pengarang menulis, publik Britania melihatnya sebagai suatu pembelaan "asas-asas Britania" seperti "kebebasan, peradaban dan perdagangan bebas." Sang pengarang, seperti sarjana-sarjana yang lain, menunjukkan pengalaman yang menakutkan bagaimana kebebasan-kebebasan dan institusi-institusi Britania, menyebabkan bencana negeri:
 
 
"Perang ini merupakan suatu perang - perang  pertama dalam sejarah - yang ditimbulkan oleh tekanan pers dan pendapat umum." Lord Palmerston, seorang p.m. di masa perang yang disebut oleh sang pengarang sebagai "seorang politisi pertama yang sungguh-sungguh modern," telah menyalakan api indignasi xenofobis (kejengkelan pada orang asing) kalangan-kalangan Britania, sementara pers yang membangkitkan kerusuhan mengolesi mereka yang menyangsikan kebijaksanaan perang.
 
Palmerston pernah mengatakan, ia ingin Britania menjadi "juara keadilan dan kebenaran" sementara "tidak menjadi tertawaan dunia."  Dalam hal ini, seperti dalam banyak lainnya, Perang Krimea tetap relevan yang menakutkan.
 
(selesai).
 
Sumber: Resensi buku The
Crimean War, dalam harian
setempat: Minggu, 10 Juli
2011, diterjemahkan secara
bebas. dipersingkat dan diberi
beberapa anotasi seperlunya.
 
Salam Historia!
Sumar.

__._,_.___
Recent Activity:
KOMUNITAS HISTORIA INDONESIA (KHI)
>>> Another way to love Indonesia!
Phone: +6221.3700.2345, Mobile: +62818-0807-3636
Email/FB: komunitashistoria@yahoo.com
Twitter: @IndoHistoria
Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/komunitashistoria
Homepage: http://www.komunitashistoria.org
.

__,_._,___

+ Add Your Comment

Sponsored by