Advertise Box

[INDONESIA-Geographic] Wisata Karst Minim Promosi

 

Wisata Karst Minim Promosi
Kamis, 14 Juli 2011
 
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKOPemanjat tebing memasuki goa vertikal Luweng Cokro yang memiliki kedalaman sekitar 35 meter dari permukaan tanah di Dusun Blimbing, Desa Umbulrejo, Ponjong, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Selasa (21/6).
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Pemanjat tebing memasuki goa vertikal Luweng Cokro di Dusun Blimbing, Desa Umbulrejo, Ponjong, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Selasa (21/6/2011). Selain memiliki sejumlah goa yang menarik untuk dikunjungi, Gunung Kidul juga memiliki deretan pantai di pesisir selatan yang menghadirkan pesona tersendiri bagi wisatawan.
KOMPAS/IRMA TAMBUNANGoa Jomblang dan Goa Grubug yang saling terhubung oleh lorong besar karst, di Jetis Wetan, Semanu, Gunung Kidul, menjadi daya tarik wisata minat khusus. Dengan kelengkapan alat-alat caving, para pencinta alam atau peneliti dapat menjangkau goa vertikal nan ekstrem ini.
TERKAIT:

GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com - Informasi tentang kawasan karst atau batuan kapur di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sampai kini  masih kurang sehingga wisatawan belum banyak yang tertarik mengunjungi kawasan tersebut.

Deputi Survey Dasar dan Sumber Daya Alam Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Priyadi Kardono di Wonosari, Kamis (14/7/2011) mengatakan sumber informasi yang kurang tentang karst membuat masyarakat belum mengenal keindahan alam Pegunungan Sewu Gunung Kidul.

"Karst selama ini dianggap wilayah tandus dan kering sehingga tidak banyak orang yang tertarik," katanya. Priyadi mengatakan penguasaan pengetahuan tentang karst di Indonesia kalah jauh ketimbang sejumlah negara maju.Karst di luar negeri sangat populer dan menjadi tempat wisata unggulan.

Para peneliti karst di luar negeri memiliki ketertarikan yang besar terhadap karst sehingga potensi wisata itu berkembang pesat. "Di Indonesia jumlah peneliti karst masih minim sehingga belum banyak sumber pengetahuan tentang karst negeri ini," katanya.

Menurut Priyadi, selain sumber informasi yang kurang, promosi menjadi penyebab kawasan karst kurang dikenal wisatawan. "Promosi yang baik sangat penting untuk menarik kunjungan wisatawan," katanya.

Promosi yang baik, lanjut Priyadi, harus ditunjang dengan jaminan ketersediaan fasilitas di objek wisata karst sehingga wisatawan nyaman berkunjung. "Sarana dan fasilitas menjadi pertimbangan utama wisatawan saat berkunjung ke suatu objek wisata," katanya.

Kelengkapan sarana dan fasilitas yang harus dipenuhi, meliputi akses jalan yang memadai dan alat untuk menyusuri sungai  yang berada di dalam gua kawasan karst tersebut. "Wisata karst menyusuri gua memberikan tantangan khusus sehingga wisatawan harus dipastikan aman berada di tempat tersebut melalui dukungan fasilitas," katanya.

Karst di Pegunungan Sewu Gunung Kidul memiliki sejumlah keunikan, seperti tata air bawah tanah, sejarah manusia purba, dan keanekaragaan hayati. "Karst di Pegunungan Sewu patut dipertahankan karena menjadi aset nasional untuk kepentingan konservasi dan pengembangan wilayah berwawasan lingkungan," tambah Priyadi.

(I Made Asdhiana)

__._,_.___
Recent Activity:
____________________________________________________________________________
Facebook:http://www.facebook.com/group.php?gid=48445356623
Multiply: http://IndonesiaGeographic.multiply.com
Multiply: http://GeographicIndonesia.multiply.com
____________________________________________________________________________
Hapus bagian yang tidak perlu untuk menghemat bandwidth. Sisakan 1 atau 2 thread agar tidak membingungkan yang lain.
Apabila topik pembicaraan berubah, usahakan Subject juga diubah sesuai topik
----------------------------------------------------------------------------
.

__,_._,___

+ Add Your Comment

Sponsored by