Advertise Box

[ac-i] KOLOM Yudhis: Pemerintah “Gagal TK” (Kompas 9 Juli 2011)

 

Pemerintah "Gagal TK"
Oleh: Yudhistira ANM Massardi

Di sekolah taman kanak-kanak (TK) yang kami kelola dengan menggunakan Metode
Sentra, sejak semester pertama, kepada para siswa diajarkan konsep dasar
klasifikasi: warna, bentuk, ukuran. Lalu, ditambahkan klasifikasi berdasarkan:
ciri, tanda, sifat, habitat. Dengan fondasi struktur berpikir seperti itu, di
TK-B, anak-anak sudah bisa membangun kemampuan analisa sebab-akibat, dan melihat
hubungan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya.

Kepada mereka juga diterapkan suatu prosedur kerja baku berdasarkan urutan:
memilih teman, memilih pekerjaan, bekerja fokus-tuntas, melaporkan hasil kerja,
beres-beres. Selain itu, Metode Sentra juga membangun kecerdasan jamak:
kecerdasan linguistik, logik-matematik, musikal, kinestetik-tubuh, spasial,
interpersonal, dan intrapersonal. Semuanya diarahkan untuk membangun dan
mengembangkan enam domain: estetik, afeksi, kognisi, psikomotor, bahasa, dan
ketrampilan sosial.

Dengan menggunakan bingkai referensi tersebut, maka kita bisa melihat dan
menilai, kinerja tiga pilar pemerintahan (eksekutif, legislatif, yudikatif)
dalam mengelola aneka persoalan bangsa selama ini, secara substansial, berada
dalam kondisi "gagal TK."

Masalah BBM
Kegagalan penanganan krisis BBM yang berkepanjangan adalah salah satu contoh
mutakhir. Langkah Menteri ESDM membawa soal subsidi bensin premium ke ranah
agama, dengan isi pesan agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) membuat fatwa haram
bagi pembelian bensin premium oleh kalangan mampu, bukan hanya merupakan
kegagalan klasifikasi, melainkan juga merupakan tindakan putus-asa yang ingin
melemparkan tanggungjawab umara (eksekutif) ke kalangan ulama – suatu hal yang
bisa menyeret ulama dan agama ke lembah kegagalan pengelolaan negara.

Gagal klasifikasi akan selalu mengakibatkan kekusutan dan kekacauan berpikir.
Itu akan berlanjut pada gagal analisa sebab-akibat, dan salah solusi: APBN harus
direvisi lagi, karena terjadi pembengkakan subsidi BBM hingga total menjadi
sekitar Rp 100 triliun!
Gagal memahami hubungan antara satu kejadian dengan kejadian berikutnya, juga
melahirkan pola lingkaran setan yang terus berulang. Masa 30 tahun pemerintahan
terakhir tersandera oleh masalah BBM, dan mengakibatkan timbulnya kepanikan
serta keputusasaan pada kehidupan rakyat.

Jika masalah BBM tidak berkelindan dengan "pelestarian kesempatan korupsi,"
sesungguhnya hal itu bisa diuraikan dan diatasi secara lebih sederhana,
berdasarkan hukum penawaran-permintaan. Terus meningkatnya penggunaan bensin
premium sudah pasti itu akibat dari, terutama, ambisi industri otomotif yang
menggenjot produksi dan penjualan tahunannya hingga sekitar 700.000 unit mobil
(ini jika dideretkan, memenuhi sekitar 1.500 km panjang jalan!) dan sekitar 7
juta unit sepeda motor per tahun (2010). Maka, kemacetan yang bertambah parah
adalah konsekuensi yang sangat logis. Di sisi lain, jika produksi otomotif tidak
dibatasi, kampanye hemat BBM adalah antilogika!

Bangun Angkutan Massal
Pertanyaan sederhana adalah: kenapa orang bersemangat membeli kendaraan pribadi?
Salah satu jawaban paling logis dan faktual adalah: karena kendaraan umum tidak
nyaman/aman, dan tidak memadai. Solusinya: bangun angkutan massal yang nyaman,
aman, bersih, tertib, tepat waktu, dalam jumlah banyak, dan menjangkau semua
wilayah.

Di wilayah DKI Jakarta, proyek monorail yang mangkrak diperkirakan hanya
membutuhkan investasi Rp 5 triliun. Proyek kereta api MRT yang sudah dicanangkan
gubernur baru, investasinya sekitar Rp 15 triliun. Sebagai pembanding, proyek
MRT di Singapura memerlukan investasi sekitar Rp 35 triliun.

Jika subsidi premium mencapai Rp 100 triliun/tahun, itu artinya, dengan dana
tersebut, setiap tahun bisa dibangun 20 proyek monorail di beberapa kota besar,
atau 6 proyek MRT, atau 3 proyek MRT setara Singapura, atau bisa membeli lebih
dari 50.000 unit busway! Mana pun jenis angkutan massal yang dipilih, jika itu
diputuskan hari ini, maka mulai tahun 2014 warga Jakarta dan kota-kota besar
lain akan lebih suka memilih mengunakan MRT ketimbang mobil pribadi.

Jika itu dilakukan, maka subsidi premium dan solar untuk kendaraan pribadi
silakan dicabut. Rakyat, dengan sendirinya akan membatasi pengeluaran untuk BBM
yang harganya menjadi mahal. Lingkaran setan pun terputus, dan pemerintah bisa
segera terbebas dari sandera subsidi BBM. Ya, sesederhana itu solusinya.

Maka, jika pemerintah ingin "lulus TK," tak perlu belajar klasifikasi dan
analisa sebab-akibat di akademi (Lyceum) Aristoteles di Yunani -- yang untuk itu
harus menggunakan mesin waktu mundur ke 24 abad silam -- cukup datang ke TK kami
di Bekasi. Gratis![]

Yudhistira ANM Massardi adalah sastrawan/wartawan, pengelola sekolah gratis
untuk dhuafa, TK-SD Batutis Al-Ilmi di Bekasi.

Yudhistira ANM Massardi
email: ymassardi@yahoo.com
HP 0813.8842.0811
Pengelola Sekolah Gratis untuk Dhuafa,TK-SD Batutis Al-Ilmi Bekasi
Pondok Pekayon Indah Blok BB 29 No 6, Jl. Pakis V B, Pekayon Jaya, Bekasi 17148

Penerbit:
MEDIA TK SENTRA:Panduan Guru TK, RA, PAUD & Orangtua
>> Membangun Karakter dan Budi Pekerti
http://www.facebook.com/MEDIA.TK.SENTRA
www.mediatksentra.com

__._,_.___
Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

+ Add Your Comment

Sponsored by