Advertise Box

[ac-i] Beasiswa Pendidikan Rumah Dunia

 

BEASISWA PENDIDIKAN RUMAH DUNIA

Oleh Gol A Gong

 

Selama 10 tahun bergulir, para relawan Rumah Dunia banyak yang berhasil menggondol gelar sarjana dan memperoleh pekerjaan sebagai wartawan atau pengarang novel. Relawan yang mahasiswa, berhasil membiayai kuliahnya dari kemampuannya menulis. Sebut saja Ibnu Adam Aviciena, pemuda asal Cibaliung, S1 di IAIN SMH Banten (2006) dan S2 (2008) dari Leiden, Belanda. Sejak mahasiswa Ibnu menulis novel, essay, jadi wartawan tabloid Metro Serang dan Indo Pos. Aji Setiakarya, pemuda Barugbug, Ciomas, S1 sarjana FISIP Untirta (2008), kuliah sambil menulis essay, wartawan Xpresi Radar Banten, korlip Banten TV. Ajilah mahasiswa pertama di FISIP yang berhasil menulis essay di Koran, bahkan dibanding dosen FISIPnya. Langlang Randhawa, Wakil Presiden Rumah Dunia, membiayai kuliahnya dengan menulis novel dan skenario. Dua novelnya diterbitkan Bentang Pustaka. Mereka berhasil memetik manfaat dari keterampilan menulis di Kelas Menulis Rumah Dunia.

 

Tentu masih banyak lagi. Tapi yang paling membanggakan adalah Muhzen Den, mahasiswa FKIP Jurusan Sastra dan Bahasa Untirta, yang berhasil menyabet S1 (2011) setelah jadi relawan Rumah Dunia sejak di bangku SMP (2000). Dedenlah, yang menemani kami selain 2 putra kami waktu itu (Bella dan Abi) meluncurkan Rumah Dunia. Deden menjadi sangat istimewa bagi kami, karena dia asli warga kampung Ciloang, di mana Rumah Dunia berada. Ayah Deden namanya Pak Asman, seorang pemulung. Sebelum mampu menulis, Deden membiayai sekolahnya sambil mengumpulkan rongsokan. Deden bekerja sebagai pembuang sampah di rumah kami untuk biaya sekolahnya di SMP. Saat SMA, Deden mendapat beasiswa dari Rumah Dunia. Ketika awal-awal mahasiswa, Rumah Dunia masih memberi beasiswa. Tapi, di pertengahan, Deden mendapatkan bantuan beasiswa dari Untirta.  Dedenlah sarjana pertama dari kampung Ciloang. Terkesan ironis, tapi itulah fakta. Kini kami memercayakan Presiden keempat Rumah Dunia kepada Deden. Kini Deden sedang klami gojlok.

 

Kesuksesan Deden pada tahun 2011 ini diikuti Khusnul Aini, warga Ciloang yang sejak kecil mendapat beasiswa Rumah Dunia. Aini lolos seleksi masuk Untirta tahun 2011 ini. Pada saat masuk SMP, kisah hidupnya memberi kami inspirasi menulis novel. Dari royalty novel "Lukisan Aini" yang berdasarkan hidupnya, kami bisa memberi beasiswa Aini di SMP. Kini untuk kuliah di Untirta, Aini membutuhkan Rp. 3,7 jt. Kas Rumah Dunia sedang diprioritaskan untuk pembebasan tanah Rumah Dunia. Jika ada anggota milis/grup wong banten atau cendekiabanten yang terketuk mengangkat Aini sebagai anak asuh, kami tentu sangat senang.

 

Kemudian Abdul Salam HS, pelajar SMP PGRI 1, anak petani Waringin Kurung, yang 3 tahun lalu ditipkan ayahnya kepada kami, gagal lolos seleksi ke Untirta. Tapi, essay-essay, cerpen dan puisinya sering muncul di Radar Banten. Bahkan Salam lolos seleksi Pertemuan Penyair Nusantara di Palembang, 16 – 19 Juli nanti. Kami meyakini, Salam adalah satu-satunya pelajar SLTA di tahun 2011 ini, yang essaynya dimuat di Koran lokal. Pada 2004, 2 relawan Rumah Dunia yang masih pelajar; Endang Rukmana dan Adkhilni MS, juga mampu menembus Koran lokal. Hanya Salam belum beruntung lolos seleksi. Tapi, Salam tetap ngebet ingin kuliah di Sastra dan Bahasa Untirta. Salam ingin mendaftar lewat jalur UMM. Biaya yang dibutuhkan Rp. 5,7 jt.

 

Begitu juga Siti Sahauni. Kisah hidupnya pernah kami bukukan dengan judul "Mimpi Sauni". Dari royalty novel itu, kami bisa memberi beasiswa Sauni. Tapi sayang, Sauni gagal lolos seleksi ke Untirta. Sauni ingin mencoba lewat UMM. Biayanya juga RTp. 5,7 jt.

 

Nathortul Ain juga membutuhkan biaya Rp. 1 jt untuk biaya semester IV di AIAB (Akademu Ilmu Al-Qur'an Banten). Sejak kuliah, Rumah Dunia memberi beasiswa. Itu yang masuk ke perguruan tinggi negeri. Masih ada 2 lagi; Siti Alifah dan Salihah. Keduanya anak yatim. Sejak SMP sudah ditangani Rumah Dunia. Kini mereka ingin meneruskan sekolah di SMA Daarul Fallah, di lingkungan Ciloang. Biaya perorangnya Rp. 400 ribu.

 

Sebetulnya Aini, Salam, Sauni, dan Ain sejak setahun lalu menjadi penjaga di TBM@Mal. Walaupun tidak banyak, mereka bisa mendapat tambahan untuk biaya sekolah dan kuliah. Tahun 2011 ini, dari bantuan Dindik Provinsi Banten yang mensubsidi TBM@Mal sebesar Rp. 5 jt/bulan, mereka mendapatkan tambahan uang untuk biaya kuliah nanti dari menjaga TBM@Mal.

 

Kami mohon maaf memposting di sini. Tidak bermaksud membebani. Tapi, siapa tahu ada yang tertarik menjadi kakak asuh mereka, silahkan. Itu tentu meringankan beban Rumah Dunia, yang sedang berkonsentrasi membebaskan tanah seluas 1873 m2. Terima kasih kepada para donatur Rumah Dunia. Terima kasih kepada yang sudah meluangkan waktu untuk membaca. Semoga Allah memberi kita kesehatan dan rezeki berlimpah. (*)

 

__._,_.___
Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

+ Add Your Comment

Sponsored by