Otensitas tampaknya  merupakan nilai saat ini di AS, menggelinding dari lidah-lidah para politikus,  para selebriti, para guru Web, para penasehat masuk universitas, para bintang  televisi. Selama beberapa bulan ini kata 'otentik'  itu telah  dikutip oleh para tokoh masyarakat. "Kufikir apa yang orang lihat dalam diriku  adalah bahwa aku adalah orang yang nyata," satu-satunya perempuan calon  presiden mengatakan pada televisi  ABC bulan lalu. "Aku adalah otentik."  Membicarakan siaran televisinya yang baru, seorang penyiar mengatakan pada  harian The Vancouver Sun bahwa "dalam segala apa yang saya lakukan, saya selalu  berusaha untuk otentik dan nyata."
 Seorang puteri bangsawan  dari Inggeris, mengatakan pada harian The Pittsburgh Post-Gazette dalam bulan  Juli bahwa "jika anda takut apa yang orang fikirkan mengenai anda, maka  anda  tidak otentik." Pada waktu yang sama, banyak sekali pedagang dan  pelatih jejaring sosial mengajar bahwa bila ingin berhasil pada online - pada  Twitter, Facebook, Match.com - kita semua harus "otentik!" Suatu pertunjukan  diskusi yang direncanakan tahun depan oleh konperensi antaraktif South by  Southwest menjanjikan untuk mengajar para hadirin "bagaimana menjadi seorang  manusia yang otentik tanpa memalukan diri anda sendiri."
 Kata 'otentik' telah menjadi  buah mulut selama kira-kira berabad-abad, tetapi 'otentik' telah menikmati   popularitas yang diperbarui dalam satu abad jejaring sosial online dan  pada acara-acara peringatan, di mana orang memperkuat versi-versi digital  dari diri mereka sendiri. Tema ini sebegitu persuasif (meyakinkan) sampai salah  satu institusi yang tertua di dunia telah mempertimbangkannya.  Bahwa  'otentik' telah menjadi suatu kata mode tidaklah mengejutkan bagi  sarjana-sarjana seperti Nona Naomi S. Baron, seorang profesor linguistik pada  universitas di ibukota, dan pengarang "Always On: Language in an Online and  Mobile World."
 Ia mengatakan adalah umum  bahwa suatu kata dipakai  begitu sering sehingga kata itu kehilangan arti  yang sebenarnya. Demikian pula, mengatakan "Saya adalah otentik" atau "jadilah  otentik"  terdengarnya bagus, kata profesor tsb. Namun lebih membangkitkan  minat daripada perkembangbiakan kata 'otentik' adalah  menyadari  sendiri bahwa kata 'otentik' itu hanya  dipakai sekarang. "Apa yang anda  tidak bisa lakukan adalah bila  guru media sosial menyarankan anda   untuk bersikap otentik meskipun sudah otentik," ucap Jeff Pooley, seorang  asisten profesor media dan komunikasi pada Kolese di Pennsylvania. Ia mengatakan  otensitas kini lebih tepat digambarkan sebagai "otensitas yang diperhitungkan" -  atau "permainan sandiwara."
 "Cara terbaik agar diri  anda diperhatikan orang adalah tidak nampak diperhatikan orang, " Profesor  Pooley mengatakan. Politisi-politisi berbuat demikian. Selebriti-selebriti  (orang-orang yang terkenal, termashur) berbuat demikian. Dan anda, para pembaca,  berbuatlah demikian setiap kali membuka status update pada Twitter, Facebook,  Google. Kehidupan online tidaklah berbeda. Seperti salah seorang siswa  Profesor Baron katakan: Facebook adalah "dirku pada hariku yang terbaik." ("me  on my best day").
 (selesai)
 Sumber: Cultural  studies,
 harian setempat,  Minggu,
 11 Sept. 2011, diterjemahkan
 secara bebas, dipersingkat
 dan diberi beberapa anotasi
 seperlunya.
 Salam Historia!
 Sumar.
 __._,_.___
                                                       KOMUNITAS HISTORIA INDONESIA (KHI)
>>> Another way to love Indonesia!
Phone: +6221.3700.2345, Mobile: +62818-0807-3636
Email/FB: komunitashistoria@yahoo.com
Twitter: @IndoHistoria
Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/komunitashistoria
Homepage: http://www.komunitashistoria.org
             >>> Another way to love Indonesia!
Phone: +6221.3700.2345, Mobile: +62818-0807-3636
Email/FB: komunitashistoria@yahoo.com
Twitter: @IndoHistoria
Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/komunitashistoria
Homepage: http://www.komunitashistoria.org
MARKETPLACE
            .
 __,_._,___
   
 More
 More Contact
 Contact Submit
 Submit Premium
 Premium