Advertise Box

[ KHI ] Dari gulungan surat perkamen ke layar putih. (1)

 

Berabad-abad sebelum e-books merubah cara orang membaca, naskah kuno (codex) telah mengganti gulungan surat perkamen (scroll).  Sesuatu sangat penting dan sangat aneh terjadi sekarang juga: Pergantian bahan kertas dan berpindah ke suatu bentuk digital tanpa fisik, tepat di depan mata kita.  Kita saksikan kegairahan yang sama dengan bibiliografi. Mungkin kita masih  akan melihat yang paling aneh lagi. Perubahan terakhir yang terjadi sebesar ini adalah pada kira-kira tahun 1450, waktu Johannes Guttenberg menemukan huruf cetak yang dapat digerakkan.
 
Tetapi bila anda berjalan lebih mundur, ada preseden yang lebih dapat membantu apa yang terjadi. Mulai dari abad pertama S.M., para pembaca membuang gulungan surat perkamen, lebih menyukai naskah kuno (codex)  - buku yang dijilid seperti yang kita ketahui sekarang. Dalam dunia klasik, gulungan surat perkamen (scroll) adalah ukuran (format) buku yang terpilih dan seni dalam teknologi informasi. Pada dasarnya, scroll adalah sehelai kertas yang panjang, diguung atau perkamen (kulit binatang yang dikeringkan). Untuk membaca suatu scroll anda secara berangsur-angsur membuka gulungan, menyingkapkan naskah  sekaligus, jika anda selesai anda harus menggulung kembali dengan cara yang tepat, tidak seperti medium lain yang tidak terpakai lagi, rekaman VHS.
 
Bahasa Inggeris masih berserakan dengan kata-kata peninggalan dari abad scroll. Halaman pertama suatu scroll. yang memasukkan informasi di mana suatu kata dimasukkan dalam daftar, dinamakan "protocol,   (protokol . Alasan mengapa buku-buku kadang-kadang disebut "volumes" (jilid-jilid) ialah karena akar dari "volume" adalah "volvere," menggulung: untuk membaca suatu scroll, anda harus menggulung. Scroll-scroll adalah ukuran (format) gengsi (prestige, dipergunakan untuk karya-karya penting saja: naskah-naskah suci, dokumen-dokumen hukum, sejarah, sastra.
 
Untuk menyusun suatu daftar belanja atau mengerjakan aljabar mereka, para warganegara dunia purbakala menulisnya dengan ujung sebatang kayu yang tajam yang dinamakan "stylus"  pada lembaran-lembaran kayu yang diolesi lilin. Lembaran-lembaran adalah untuk naskah-naskah yang dapat dibuang - stylus juga berujung datar, yang anda pakai untuk menghentikan dan menghapuskan lilin kalau anda sudah selesai. Pada suatu waktu seseorang mempunyai ide sangat cerdik untuk merangkai beberapa lembaran bersama-sama dalam suatu bendel (berkas).
 
Akhirnya lembaran-lembaran yang dibendel itu diganti dengan lembaran-lembaran perkamen dan dengan demikian, barangkali lahirnya codex. Tetapi tidak seorangpun menyadari betapa baiknya ide itu sampai suatu kelompok orang yang sangat menarik hati dengan beberapa ide sangat radikal memakainya untuk kegunaan-kegunaan mereka sendiri. Sekarang orang-orang itu dikenal sebagai orang-orang Kristiani, dan mereka memakai codex sebagai suatu cara mengedarkan Injil.
 
(catatan pribadi: Di Indonesia pada zaman dahulu dipergunakan daun  pohon tal (dalam bahasa Jawa dinamakan "ron tal," lambat-laun diucapkan "lon tar") , sebelum ada kertas, sehingga naskah-naskah kuno yang tersimpan dalam kraton-kraton dan museum-museum ditulis pada lembaran-lembaran  "lontar").
 
(bersambung).
 
 
 
 
 

__._,_.___
Recent Activity:
KOMUNITAS HISTORIA INDONESIA (KHI)
>>> Another way to love Indonesia!
Phone: +6221.3700.2345, Mobile: +62818-0807-3636
Email/FB: komunitashistoria@yahoo.com
Twitter: @IndoHistoria
Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/komunitashistoria
Homepage: http://www.komunitashistoria.org
MARKETPLACE
A bad score is 598. A bad idea is not checking yours, at freecreditscore.com.

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

+ Add Your Comment

Sponsored by